MARI SAKSIKAN PACU JAWI ,WISATA UNIK DAN SUDAH MENDUNIA
Tanah Datar
Eit, eit, eit, ha ha ha haaa, ondeee. (Eit,
eit, eit, ha ha ha haaa, aduuuh). Ini adalah suara sang joki ketika menghalau
jawinya pada sawah berlumpur yang merupakan arena pacu jawi . Ketika itu ada
dua ekor jawi atau sapi besar dilepas setelah petugas bersusah payah
mengaturnya.
Sang joki itu mengucapkan kata ondeee atau
aduuuh dengan suara agak kesal karena tiba dipertengahan arena pacu ternyata
jawinya mengamuk dan melambungkan
sang joki ke udara. Jawi terus melaju ke
garis finish, sedangkan sang joki jatuh terjerembab ke dalam lumpur. Tak lama
kemudian ia bangkit dengan penuh lumpur pada sekujur tubuhnya. Kalau dia tidak
tersenyum menampakkan giginya maka penonton tak bisa lagi melihatnya.
Pacu jawi atau pacu sapi adalah tradisi
anak nagari di Kabupaten Tanah Datar. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan di
Nagari Tabek, Sungai Tarab, Rambatan, dan Baringin. Jadwal pelaksanaannya
sering diadakan setiap hari Sabtu atau akhir pekan.
Pacu jawi dulu hanya sebagai hiburan bagi
petani dikala panen padi selesai. Petani melepas penat dengan menonton pacu
jawi yang diadakan nagari. Mereka bersorak sorai sehingga lupa penat kerja di
sawah. Ketika itu penonton pacu jawi hanya berasal dari sekitar Tanah Datar
saja. Berbeda dengan sekarang pacu jawi telah ditonton oleh turis baik dalam
negeri maupun manca negara. Turis manca negara berasal dari Eropah, Australia,
Asia dan lain-lain.
Mengapa pacu jawi harus dilestarikan?
Sesuatu yang baik dan memberi banyak manfaat kepada masyarakat harus
dilestarikan. Begitu juga dengan pacu jawi ini. Apalagi pacu jawi adalah kegitan
tradisi nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu. Sayang sekali kalau
kegiatan pacu jawi hilang begitu saja. Kegiatan pacu jawi harus dilestarikan
kalau tidak ingin diklaim pula oleh negara tetangga bahwa pacu jawi adalah hak
patennya mereka. Kita berterima kasih kepada pemerintah Tanah Datar telah
memasukan kegitan pacu jawi ini ke dalam kalender pariwisata, sehingga para
turis baik dalam negeri maupun luar negeri dapat menontonnya.
Pelestarian tridisi pacu jawi tidak cukup
dengan melaksanakannya saja tiap minggu, tetapi perlu pula promosi. Untuk
mempromosikannya banyak cara bisa kita lakukan. Apalagi sekarang zaman internet
dimana sebuah informasi bisa tersebar ke mancara negara dalam hitungan detik.
Nah, jadi tidak perlu membayar promosi ratusan juta rupiah ke TV, tetapi
promosi lewat sebuah web saja sudah sangat manjur. Lakukanlah itu dan lihatlah
apa yang akan terjadi. Penonton akan berdatangan lebih banyak lagi.
Kegiatan seperti lomba foto pacu jawi juga
adalah termasuk ajang promosi. Melihat foto pacu jawi orang akan mempunyai rasa
ingin tahu, bahkan ingin menyaksikan langsung ke lokasi. Sesuai informasi yang
kita peroleh pada bahwa Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Tanah Datar juga menyediakan hadiah
menarik, karya foto terbaik akan dicetak dalam bentuk buku serta diikutkan pula
pada Pameran Photo Pacu Jawi dan Pesona Wisata Tanah Datar di Gedung
Bentara Budaya Kompas jalan Palmerah Selatan No. 17 Jakarta Pusat bulan
September yang lalu
Pacu jawi harus dilestarikan karena
kegiatan ini unik. Berbeda dengan pacu-pacu yang lainnya. Pacu jawi berbeda
dalam lokasi, teknik start, posisi joki, jawi tidak dilecut atau tidak
dicambuk.
Pertama, tempat pacu jawi dilaksanakan
dalam sawah berlumpur panjangnya lebih kurang 50-75 meter, ini berarti para
jawi akan sulit mengangkat kaki untuk bisa lari kencang karena ditahan oleh
lumpur. Nah kalau jokinya jatuh, ya berkubang lumpur. Tidak jarang joki hanya
dapat terlihat giginya saja karena sudah kotor oleh lumpur. Sepengetahuan
penulis belum ada tempat pacu yang seperti ini. Kedua, teknik berpacunya
berbeda juga. Jawi yang akan dilepaskan disiapkan oleh panitia tapi tidak
menggunakan box start seperti pacu kuda. Persiapan ini agak sulit karena
panitia harus langsung memegang jawi. Sering para jawi ini berontak dan
mengamuk. Jawi akan dilepas sepasang terdiri dari dua ekor dengan ukuran yang
seimbang tinggi dan panjangnya. Kedua jawi dihubungkan oleh seutas tali yang
diikatkan masing-masing ke hidungnya. Dan juga masing-masing jawi dipakaikan
kerangka bajak. Ketiga, joki tidak duduk di punggung jawi. Joki tegak dengan
kokoh pada kedua ujung belakang bajak tiap jawi tadi. Keempat, sang joki mulai
menggigit ekor jawi, sehingga jawi akan terkejut dan lari sekuat tenaganya.
Kelima, sang joki tidak menggunakan pelecut atau cambuk. Joki memegang ekor
jawi sambil menggenjot-genjotnya sehingga lari jawi semakin
kencang.
Pacu jawi dilaksanakan pada suatu arena
persawahan. Sekurang-kurangnya ada lima petak sawah ukuran cukup luas yang
digunakan. Satu petak sawah pertama untuk menampung jawi yang baru datang atau
tempat pendaftarannya. Petak sawah kedua ialah petak utama ialah tempat
berpacunya jawi. Petak ini panjangnya kira-kira 50 - 75 meter dengan lebar
lebih kurang 20 meter. Petak utama ini berlumpur dan digenangi dengan air
kira-kira sampai betis orang dewasa. Petak sawah ketiga adalah untuk tempat
jalan bagi jawi ke arah tempat start. Petak ini panjang tetapi tidak terlalu
lebar. Sedangkan petak swah keempat adalah tempat istirahat jawi setelah finish.
Kemudian yang terakhir adalah satu petak sawah kelima untuk memandikan jawi
setelah selesai berpacu. Sawah digenangi dengan air yang banyak dan bersih.
Manfaat pacu jawi dulu dan sekarang sudah
berbeda. Dulu pacu jawi diadakan untuk hiburan bagi para petani yang baru
selesai panen. Mereka datang membawa jawi dan berpacu pada sawah yang telah
dipanen. Penontonnya bersorak sorai menghalau jawinya agar bisa lari lebih
kencang. Selain itu pacu jawi membantu mengolah sawah. Biasanya sawah yang
telah digunakan itu dengan sedikit perbaikan sudah bisa langsung ditanami padi.
Karena sawah itu sudah menjadi lunak oleh jawi-jawi yang berpacu. Manfaat lain
adalah makin banyak masyarakat yang ingin berternak jawi. Karena jawi yang
telah pandai berpacu itu harganya menjadi mahal. Hal ini berarti bisa
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Tetapi sekarang manfaat pacu jawi sudah
diperluas. Bahkan bisa diamanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk menambah
pendapatan daerah. Tentu saja pelaksanaan pacu jawi ini haruslah dikelola
dengan baik sehingga tidak mengecewakan para penonton yang datang.
Hal lain yang perlu menjadi perhatian
panitia adalah keamanan dan ketertiban para pengunjung. Sering sekali kita
lihat bahwa pengunjung suka berdiri terlalu dekat ke jawi bahkan ada yang suka
berdiri di garis finish. Ini sangat berbahaya, apa lagi ada beberapa jawi yang
suka mengamuk sehingga penonton harus hati-hati.
Harapan kita adalah pacu jawi menjadi pilihan hiburan tersendiri bagi masyarakat kita dan jumlah penontonnya makin lama makin ramai. Semoga!(alinurdin)

No comments: