HARI BELA NEGARA DIPERINGATI DI RADIO YBJ-6 LAREH AIA LUBUK JANTAN. Tonggak Sejarah Penguatan NKRI
Tanah
datar.
Usaha
mempertahankan kemerdekaan yang dilaksanakan oleh seluruh Bangsa Indonesia pada
Periode 1945 – 1950 dengan perang gerilya dan diplomasi di forum percaturan
Internasional kini cendrung diperingati dengan mengembalikan kenangan pada
kegiatan upacara.
Hal
tersebut juga penting bagi seluruh generasi pemuda Bangsa Indonesia untuk
membangkitkan dan mengobarkan semangat cinta kepada Tanah Air (patriotisme).
Dalam
sebuah tonggak sejarah, sebuah daerah di Nagari Lubuk Jantan Kecamatan Lintau
Buo Utara yakni Lareh Aia memiliki kenangan sejarah dalam penguatan kemerdekaan
Indonesia.
Radio
Yengkie Bravo Juliet-6 (YBJ-6) dengan frekuensi 3035 KC/8 menjadi corong PDRI
dalam mendengar dan memberi kabar saat itu, sekitar tahun 1948. Alat ini mampu
menerima dan mengirim radiogram dan juga memonitor berita dalam maupun luar
negeri. YBJ-6 menjadi senjata menghadapi musuh dalam bergerilya mempertahankan
kemerdekaan RI.
Dan
hari ini, senin (19/12/16) sejarah itu dikenang dalam sebuah upacara Peringatan
Hari Bela Negara yang diselenggarakan di Lareh Aia Nagari Lubuk Jantan, di
lapangan ini juga Pemancar Radio YBJ-6 milik Jawatan PTT ini telah melakukan
perjuangan gerilya pada masa PDRI sejak 19/12/48 sampai akhir Desember 1949.
Bupati
Tanah Datar H. Irdinansyah Tarmizi yang bertindak sebagai inspektur upacara
dalam amanatnya mengatakan bahwa di era kompetisi global sekarang kesadaran
bela negara dapat diaktualisasikan dalam peran dan profesi setiap warga negara,
contohnya adalah pengabdian para guru, bidan dan tenaga kesehatan yang tengah
berjuang melakukan tugasnya dipelosok tanah air, dikawasan perbatasan, di
pulau-pulau terdepan, anak-anak muda yang kreatif, yang peduli lingkungan yang
menegakkan kebhinekaan adalah bentuk mulia dari bela negara.
“Jadi
wujud bela negara sekarang bisa berbeda dengan masa lalu. Namun nilai-nilai
kepahlawanan yang dibutuhkan masih tetap sama, yaitu cinta tanah air, sadar
berbangsa dan bernegara, setia kepada pancasila, rela berkorban, disiplin,
obtimisme, gotong royong dan kepemimpinan”, tambah Irdinansyah.
Demikian
pula pada saat perjuangan Pemancar YBJ-6 selalu melibatkan rakyat, dalam jiwa
kegotong-royongan, cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia kepada
pancasila, rela berkorban dan do’a. Tanpa itu semua rasanya mustahil perjuangan
dengan membawa peralatan dengan ukuran besar dan berat dapat menjalani rute
yang terhitung panjang.
Perlu
kita ketahui apa yang melatarbelakangi Perjuangan Pemancar YBJ-6 sehingga dalam
perwujudan akan rasa kecintaan terhadap Negara Republik Indonesia, mereka yakin
dengan bermodalkan pemancar dapat memberikan andil dalam mewujudkan pemerintah
RI yang benar-benar merdeka.
Ketika
Yogyakarta telah jatuh, RVD Belanda secara teratur mengeluarkan propaganda
bahwa, pemerintah RI saat itu telah tidak ada yaitu dengan ditawarkannya
Kepala Negara dan sebagian besar anggota pemerintah. Tetapi pihak Sekutu tidak
mengetahui jika telah terjadi mandat sehingga Pemerintah RI yang syah masih ada
yaitu PDRI, yang diketuai oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara lengkap dengan
anggota kabinet. Berkenaan dengan masih adanya pemerintahan RI yang syah, maka
YBJ-6 mengemban tugas untuk memblokade Belanda, karena bangsa Indonesia telah
terisolir dari dunia luar dan memberitakan ke luar negeri, bahwa Pemerintah RI
masih tetap ada dan berdiri dengan syarat-syaratnya ada pemerintahan, ada
rakyat dan ada wilayah.
Dalam
sejarah yang hampir terlupakan itu, sebuah pemancar radio yang
menggemparkan dunia, melalui kata-katanya yang tersusun menjadi berita,
membangkitkan semangat untuk bebas dari belenggu penjajahan, menjadikan harapan
tentang sebuah kebebasan untuk kemerdekaan.
Di
sebuah nagari di Lintau Buo Utara, satu peristiwa sejarah telah tertoreh pada
peradaban. Tak peduli sekalipun perjalanan mesti menuruni tebing curam,
menaklukan ngarai, menyeberangi jembatan gantung yang membelah aliran Batang
Sinamar, yang deras, keruh dan riuh dalam amuk riam. Namun mereka rela demi
kemerdekaan RI ini.
Radio
YBJ-6 amat berjasa dalam memberikan informasi Bahwa, Indonesia masih ada. Nadi
negeri ini masih berdenyut.
Di
dalam hingga luar negeri kabar terus disiarkan. Kabar yang mematahkan
propaganda Belanda dan negara-negara lain, bahwa Indonesia telah menjadi abu
setelah dibakar gelora Agresi Militer II. Akan tetapi, ternyata Indonesia masih
ada. Indonesia masih ada dengan debur sungai-sungai yang mengalir syahdu.
Indonesia masih ada dengan cericit burung di reranting pohon yang tumbuh subur
di tanahnya. Indonesia masih ada dengan julangnya gunung, bukit yang berbaris,
laut yang menghampar seolah tanpa batas. Indonesia masih ada dengan jiwa-jiwa
yang semakin matang memaknai arti kemerdekaan. Indonesia masih ada, dan akan
selamanya ada.
Hingga,
pada tanggal 1 Januari 1950. Radio YBJ-6 kembali dibawa ke Bukittinggi. Dan
pada akhirnya, dimuseumkan di Museum Perjuangan Tri Daya Eka Dharma, Ateh
Ngarai, Bukittinggi. (alinurdin)


No comments: