Breaking News
recent

PUNCAK PATO OBJEK WISATA SARAT DENGAN SEJARAH MINANGKAB









Tanah datar.
Umumnya orang Minang pernah dengar dengan sebutan sumpah sati marapalam,namun banyak yang tidak mengetahui dimana sumpah itu dicetuskan.
Sumpah sati marapalam yang menjadi cikal bakal sebutan adat basandikan syara ,syara basandikan Kitabullah dicetuskan disebuah Jorong yang bernama Puncak Pato Nagari batu Bulek Kecamatan Lintau buo Utara,Tanah datar.
Untuk mengingat itu maka Pemerintah membuat tiga patung Ninik Mamak,Ulama dan Candiak pandai sebagai monumen  tercetusnya sumpah yang sangat sakral bagi warga Minangkabau .
Puncak Pato yang terletak di kawasan Jorong Pato, Kenagarian Batu Bulat, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanahdatar merupakan salah satu tujuan wisata yang ramai dikunjungi masyarakat selama libur Lebaran.
Sejak lima tahun terakhir sejumlah pembenahan dilakukan di Puncak Pato salah satunya membangun tempat-tempat untuk bersantai. Tak hanya itu, di atas gundukan bukit tersebut telah dibangun patung simbolis perjanjian Marapalam.
Puncak Pato hampir setiap tahun, selalu padat dikunjungi, tidak saja warga Sumbar tapi juga provinsi lain. Dengan membawa anggota keluarga serta sanak famili, Puncak Pato telah menjadi ciri khas bagi warga Lintau Buo yang pulang dari rantau.
Edi malin kayo(47)  perantau tanah datar di Medan menyebutkan,keluarganya setiap tahun sengaja mengujungi Puncak Pato untuk menghabiskan waktu bersama keluarga sekaligus memberikan informasi kepada anak-anaknya bahwa Puncak Pato menyimpan sejarah Minangkabau. “Selain melihat pemandangan dan santai-santai di sini, saya juga dapat menerangkan kepada anak-anak tentang sejarah minang yang ada di sini,” terangnya.
Dari atas Puncak Pato kita dapat melihat pemandangan yang indah di bawahnya. Ia mengaku dengan berada di Puncak Pato bisa menghilangkan kepenatan karena kesibukan aktivitas sehari-hari. “Lagian sudah hampir dua bulan ini jarang hujan. Jadi di sini cocok untuk santai-santai sambil lihat pemandangan. Bahkan Danau Singkarak saja terlihat dari sini,” katanya sambil menunjuk arah Danau Singkarak dari puncak tersebut.
Tak hanya bagi pengunjung, keberadaan Puncak Pato juga dimanfaatkan oleh pedagang untuk menggelar dagangannya.
Rudi 39, pedagang minuman, mengakui objek wisata ini menjadi berkah bagi keluarganya untuk menggelar dagangannya. “ kalau hari biasa penghasilannya lumayan untuk menghidupi keluarganya ketika libuan an hari lebaran baru saya bisa mendapat uang yang lebih banyak dibanding hari biasa,” katanya.
Nasrul, 39, ketua pemuda setempat yang sekaligus pengelola objek wisata berharap pemerintah terus melakukan pembenahan-pembenahan fasilitas yang ada di Puncak. Ini mengingat fasilitas wc yang ada di kawasan ini terkendala karena tidak adanya air bersih. Di tambah lagi tidak adanya mushala. “Bahkan terkadang para pengunjung disarankan untuka buang air ke rumah warga atau mencari masjid yang terdekat dari lokasi. Yah mau gimana lagi, air adanya di lurah sedangkan kita di atas puncak. Untuk menaikkan air ke sini kami gak sanggup, kami hanya menunggu saja dari dinas pariwisata,” terangnya.
Menurut Nasrul objek wisata ini telah dikelola dan berada di bawah naungan dinas pariwisata setempat. Dia berharap demi kenyamanan pengunjung dinas pariwisata dapat membantu penyedian air tersebut. “Terkadang kami segan sama pengunjung, tak tahu harus bilang apa lagi. Terpaksa kami sarankan ke masjid atau mushala terdekat dari sini,” katanya.
Wali Nagari Batu Bulat, Imran Yasir, mengatakan selain liburan Lebaran, tempat ini juga ramai dikunjungi pada hari Minggu. Dia membenarkan sejak tahun 2013, objek wisata itu telah dikelola oleh dinas pariwisata. Namun dia sangat menyayangkan bahwa tempat bersejarah tersebut hanya sebagai tempat persinggahan sementara bagi pengunjung.
“Padahal kami ingin dibangun salah satu batu maupun prasasti di sini agar warga tahu bahwa di sinilah munculnya perjanjian Marapalam yang hingga saat ini menjadi falsafah adat Minangkabau,” tuturnya.
Dia mengaku saat ini Puncak Pato belum dikenal lebih luas oleh masyarakat.  “Yang tahu kan hanya warga kami saja yang merantau di luar sana terus bercerita kepada orang-orang di tempat rantaunya. Nah orang-orang yang mendapat kabar itu saja yang pada umumnya yang datang ke sini,” terangnya. (alinurdin)

No comments:

Powered by Blogger.