BALAIRUNG SARI NAGARI TABEK BUKTI SEJARAH YANG PERLU DILESTARIKAN
Tanah Datar.
Membicarakan destinasi
wisata bumi Luhak nan tuo tidak akan pernah habis-habisnya ,Disamping Nagari
Pariangan yang menjadi asal orang Minangkabau dan telah dinobatkan menjadi Desa terindah di
dunia,satu lagi aset wisata yang tak kalah menariknya yakni Balairung sari.
Sejarah Balairung sari
tidak bisa dilepaskan dengan Nagari pariangan,karena arsitek dari bangunan yang
sebagiannya terbuat dari kayu dan atap ijuk itu ialah Datuak Tantejo Gurhano
berasal dari Nagari pariangan.
Balairung Sari
dibangun pada 450 tahun yang lalu dibangun dan dipergunakan sebagai tempat musyawarah adat.
Disamping Balairung
Sari terdapat juga Medan Nan Bapaneh (tempat bersenda gurau masa dulunya)
dan bukti sejarah lainnya .
Objek wisata ini terletak antara Padang Panjang–Batusangkar, dari
Batusangkar + 7 Km atau tepatnya di Nagari Tabek Kecamatan
Pariangan.
Balairung sari
bangunan tradisional minangkabau yang membujur dari utaara ke selatan, dengan
panjang bangunan 48, 24 meter, lebar 3,4 meter dan tinggi bangunan dari
pembautan kosong yang dipasang disekeliling 5,30 meter sampai ke puncak atap
atau nok yaitu sebatang kayu yang berfungsi sebagai temapt kedudukan atau sebagai
ukuran gonjong.Kalau kita perhatikan pemasangan batu kosong pada bagian bawah
ini, sedikit terdapat keunikan dimana pemasangan batunya tidak menggunakan
bahan perekat semen sebagaimana layaknya bangunan candi di daerah Jawa, namun
bangunan ini dapat bertahan sampai sekarang, lebih kurang usianya sudah 300
tahun. Pada beberapa bagian bangunan sudah mengalalami kerusakan dan keropos
dan sudah mengalami penggantian dan perbaikan seperti lantai dan atap. Namun
tiang yang ada sekarang masih merupakan tiang yang aslinya.
Bentuk bangunan
Balairung Sari bila dilihat secara keseluruhan tanpak menyerupai perahu.
Menurut cerita dari versi masyarakat setempat sebelum dibangunnya Balairung
Sari ini diawali dengan pemufakatan dari perangkat nagari tentang bagaimana
bentuk balai adat yang akan dibangun.
Sesuai dengan
pemufakatan bersama maka dipilihlah bentuk bangunan ini seperti sebuah perahu
dengan dilatarbelakangi sejarah nenek moyak Minangkabau adalah seorang pelaut.
Selain itu bentuk perahu melambangkan keseimbangan / keadailan dan kesatuan
dimana dalam mengurangi lautan menggunakan perahun harus bisa menjaga
keseimbangan dan kerjasama para awak kapalnya/perahunya. Karena bila tidak bisa
menjaga keseimbangan dan menjaga kerjasama akan mendapat kesulitan ditengah laut.
Ini diibaratkan sebuah Balairung harus bisa memberikan keputusan yang adil dan
seimbang dalam mengarungi kehidupan ditengah masyarakat.
Salah seorang tokoh
Masyarakat setempat H.Dafrizal kepada Rakyat sumbar Minggu(28/8)menyebutkan
,balerong sari ini merupakan satu bukti ketinggian budaya rang minangkabau
selain itu juga membuktikan warga Nagari tabek ini juga sudah dikenal sejak
saisuak.
Menurut anggota DPRD Tanah Datar ini ,Balairung Sari selain
sudah dari ”saisuak” di kenal, menakjubkan,
baik dipahami dari segi filosofis arsitertur bangunannnnya maupun dipandang
dari segi fisik bagunan itu sendiri – sangat mengangumkan – namun keberadaannya
belum terolah secara maksimal untuk dikembangkan menjadi sebuah karya besar
sebagai sumber inspirasi kekuatan budaya dan sosial-ekonomi masyarakat
Minangkabau maupun masyarakat Nagari Tabek sendiri, apalagi bagi
wisatawan lokal maupun manca negara, karena belum adanya tambahan fasilitas
pelengkap dan pendukung yang memadai serta kemasan atraksi seni-budaya lokal/tradisional
yang menarik
Untuk itu kedepan masih terbuka luas kesempatan bagi kita
untuk bergerak lebih teratur dan terencana untuk pengembangan Balairung Sari
sebagai sumber data ,informasi sejarah minangkabau ,pusat kajian melayu
serumpun dan gedung kegiatan seni budaya sekaligus objek wisata sejarah “Ungkap
Mantan Walinagari Tabek ini .
Semua ini dapat terwujud
tambah Dafrizal ,dilakukan secara sistematis, inovatif dan profesional, baik
dari kalangan pemangku adat, masyarakat maupun pemerintah, semua itu adalah
sebagai tanggung jawab bersama untuk melestarikan.(alinurdin)
No comments: